Kamis, 27 Maret 2008

kreatifitas remaja

Saya bukan orang yang banyak mempunyai kreatifitas, namun ada beberapa yang saya buat bermanfaat sampai sekarang. Saat saya duduk di bangku SMA, saya pernah membuat kerajinan dari bahan planel yang saya buat menjadi tempat pinsil, tempat handphone, tempat uang receh, gantungan tas, gantungan hp, juga bros untuk kerudung. Semuanya saya buat sendiri belajar dari teman saya yang namanya sama dengan saya, intan. Dia sangat kreatif, dia menjual barang buatannya kepada teman-teman dan hasilnya lumayan buat tambah uang jajan. Karena tertarik saya jadi ikutan buat, sebagian buat keperluan sendiri dan sebagian ladi dijual keteman dekat. Tapi kegiatan itu tidak berlangsung lama karena saya tipe orang yang cepat bosan.

Selain menbuat kerjinan dari bahan planel, saya juga pernah membuat bingkai Fhoto dari kertas kado. yang saya buat sesuai keinginan saya, dari mulai ukuran dan warna saya sesuaikan dengan Fhoto yang akan saya bingkai. Selain untuk bingkai Fhoto, kertas kado juga saya buat menjadi kotak-kotak untuk menaruh barang-barang pribadi saya. contohnya tempat surat, tempat perhiasan, dll.

Kebanyak kreatifitas yang saya buat terispirasi dari teman-teman saya. Di SMA banyak sekali teman-teman yang kreatif. Saya punya teman yang pintar melukis dan saat ada lomba lukis dinding di sekolah ternyata dia menang mewakili kelas kami. Ada lagi teman saya yang pintar membuat design atau kartun-kartun di komputer, sekarang dia kuliah di salah satu universitas favorit di bandung.

Tidak hanya teman, saya juga punya adik yang cukup kreatif menurut saya. Waktu SD dia pernah membuat asbak dari stik eskrim, dia juga pernah membuat topeng dari semen, membuat sapu tangan yang digambar sendiri memakai cat air, bunga dari sedotan, dan masih banyak lagi kreatifitas lain yang dia buat.
Mungkin hanya ini yang bisa saya ceritakan tentang kreatifitas remaja yang saya tahu dan saya alami sendiri.

Selasa, 25 Maret 2008

perkembangan remaja

Jumat, 2008 Maret 07

perkembangan remaja

Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).

Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.

Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.

Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :

“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.

Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.

Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.

  1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
  2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
  3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
  4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
  5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :

  • memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
  • memperoleh peranan sosial
  • menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
  • memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
  • mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
  • memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
  • mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
  • membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).

Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

Kamis, 13 Maret 2008

Perkembangan Remajaku

Aku akan sedikit menceritan pengalamanku disaat remaja sampai saat ini. Aku bersyukur terlahir dari keluarga yang cukup mampu dan tidak kekurangan kasih sayang. Kita hidup bahagia bersama meskipun terkadang sering terjadi pertengkaran-pertengkaran antara aku dan saudara-saudaraku bahkan terkadang aku bertengkar dengan kedua orang tuaku.

Pertengkaran itu biasanya terjadi memang karena kesalahan ku sendiri atau kenakalan yang aku buat. Seperti waktu aku duduk di kelas 2 SMP. Saat itu, seperti biasa aku pulang sekolah, bukannya pulang aku malah bermain ke remah teman tanpa minta izin terlebih dahulu. Saat pulang sekitar jam 6 sore aku langsung disambut dengan kemarahan kedua orang tuaku. Aku memang sudah yakin akan kena marah pulang telat tanpa izin. Ya mau bagaimana lagi, aku Cuma bisa menangis dan mendengarkan mereka, cuma itu satu-satunya cara sampai kemarahan mereka reda, setelah itu baru aku minta maaf.

Tidak hanya itu saja, semakin lama aku semakin sering membuat mereka kesal. Mungkin karena saat itu aku mulai ingin tahu banyak tentang dunia luar. Selama ini aku memang selalu dilarang melakukan ini-itu oleh mereka, tidak boleh pulang telat, tidak diizinkan menginap dirumah teman, dan yang paling penting aku dilarang berteman dekat dengan lelaki, apalagi pacaran. Sebenarnya papa yang lebih cerewet soal itu.

Saat SMA, aku sekolah di SMA swasta Kornita IPB Bogor. Aku masuk kelas unggulan yaitu 1 A. disana memang dibedakan antara kelas unggulan dengan kelas yang lain. Saat itu aku harus menyesuaikan diri pada lingkungan ku yang baru dan orang-orang yang baru. Aku mulai mengalami kesulitan saat belajar, aku mulai tidak percaya diri pada diriku sendiri. Aku melihat teman-temanku yang aktif dan sangat pintar. Aku merasa jadi orang yang piling bodoh dikelas itu. Dan memang benar ternyata nilai-nilaiku tidak memuaskan. Namun aku berusaha untuk mengejar ketinggalanku dengan belajar lebih giat lagi. Dan berhasil, lama kelamaan aku mulai punya banyak teman yang membantuku sehingga aku bisa beradaptasi dengan baik.

Masa SMA memang masa yang menyenangkan, aku punya banyak teman dan banyak pengalaman baru. Tidak hanya itu aku juga mulai mempunyai idola disana. Di SMA juga aku lebih sering pulang telat. Karena jaraknya lumayan jauh dan jam pulang sekolah memang sore ditambah lagi aku sering main sama teman. dan tak jarang aku pulang telat ke rumah. Seperti waktu class meeting aku pergi nonton bersama teman-teman dan seperti biasa aku tidak minta izin terlebih dahulu, memang kebiasaan burukku adalah pulang telat tanpa minta izin. Sesampainya di rumah, kira-kira jam 8 malam aku dimarahi habis-habisan sama papaku dan ini lebih parah dari yang dulu-dulu. Papa sampai melarangku untuk berteman lagi sama teman-temanku , dia juga bilang akan memarahi mereka juga kalau nanti bertemu. Papa marah dan tidak menghiraukan aku sama sekali di rumah sampai akhirnya setelah beberapa hari kemudian papa tidak marah lagi. Memang selama ini aku selalu membuat mereka marah tanpa mempedulikan mereka yang khawatir menungguku pulang. Aku yakin itu mereka lakukan karana rasa sayang mereka padaku, mereka ingin yang terbaik buatku. Aku sadar semuanya berguna untukku agar tidak menjadi orang yang menyesal nanyinya. Aku sangat berterima kasih pada mereka untuk semuanya.


Masa-masa itu sekarang menjadi kenangan tersendiri buatku. Aku menyesali semuanya, namun aku tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya. Itu semua adalah proses hidup yang setiap orang pasti akan mengalaminya. Sekarang aku bukan anak-anak lagi, dan tidak ingin menyusahkan orang tuaku lagi. saat ini aku harus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi agar aku tidak menyesal nantinya.